Profil
Nama: Maylaffayza
Nick Name: Maylaf, Fayza, Fay
Tanggal lahir: 10 Jul 1976
Status: Menikah
Zodiak: Cancer
Lahir di: Jakarta
Debut: Album Maylaffayza
Situs web: http://maylaffayza.multiply.com
Nama Maylaffayza yang unik dan "komersil" sering disangka sebagai nama panggung belaka, alias nama beken. Tak banyak yang tahu bahwa wanita yang juga seorang blogger ini memang sejak lahir sudah dikaruniai nama ini oleh kedua orang tuanya.
Maylaffayza Permata Fitri Wiguna, nama lengkapnya. Maylaf diambil dari kata berbahasa Inggris, "My Love". Sejak usia sembilan tahun, Maylaf sudah jatuh cinta pada musik. Dia mulai mengikuti kursus olah vokal di bawah bimbingan para pelatih vokal ternama, sebut saja Elfa Secioria, Bertha, Catharina Leimena, hingga Ivonne Atmojo. Maylaf kemudian belajar memainkan biola. Tak tanggung-tanggung, dia berguru pada master biola Indonesia, Idris Sardi. Maylaf juga sempat berguru pada Sharon Eng, seorang pengajar biola bergelar doktor.
Tahun 2008, wanita yang mengaku kutu buku ini akhirnya merilis album perdananya yang diberi judul Maylaffayza. Album ini menyajikan musik pop crossover, yaitu pop yang modern, hip, dan fresh, dan mencampurkan beberapa budaya dan genre musik. Selain memainkan instrumen dan menyanyi, di album ini Maylaf juga bertindak sebagai music director, music producer, music arranger, termasuk membuat sendiri komposisi biola, dibantu oleh sang guru, Idris Sardi.
Pada 14 Desember 2008, Maylaf menikah dengan Yasha Chatab, mantan pembaca berita Metro TV. Akhir tahun lalu, single terbarunya yang berjudul Sukaria dirilis ke pasaran. Semua penggemar Maylaf bisa mendownload single ini di internet secara gratis, sekaligus sebagai pelipur rindu sebelum album keduanya dirilis tahun ini.
Oleh-oleh Pelajaran dari Jepang
Maylaffayza
“
Saya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman saya pada bulan Desember 2010. Saat itu saya berada di Jepang untuk menjadi juri sebuah pop band competition sekaligus menjadi bintang tamu untuk tampil di event tersebut pada tanggal 19 December 2010. Saya berada di Ueono,Tokyo selama 5 hari 4 malam, namun banyak sekali yang saya pelajari dari masyarakat di sana, yang juga membuat saya sangat jatuh cinta dengan negara tersebut. Tidak ada bau sampah. Ya, karena tidak ada sampah yang tidak terkelola dengan baik”
Yang saya ingin ceritakan di sini adalah apa yang saya pelajari dalam ketertiban masyarakat berlalu lintas. Nyaman sekali berada di negara yang aman, tertib dan teratur. Saya sangat menikmati berjalan kaki dan berkendaraan umum di sana. Hal-hal ini yang membuat saya mencintai Jepang dan mungkin saja kita bisa belajar dari mereka.
1. Selama saya berada di sana, saya tidak mendengar adanya kendaraan yang saling membunyikan klakson di jalan. Saya sendiri baru sadar setelah beberapa hari berada di sana kalau saya tidak mendengar klakson. Semua berlalu lintas dengan sangat tertib dan disiplin, sehingga kekuatan mental kita tidak habis untuk stres di jalan dan justru batin lebih bisa dipakai untuk konsentrasi bekerja saat sampai ditempat yang dituju ketimbang habis dipakai untuk marah-marah di jalan. Kalau kita disini rasanya mental habis untuk marah-marah di jalan ya?
2. Para pengendara maupun pejalan kaki disiplin, tidak ada yang egois, saling menghormati dan saling mengalah. Jadinya tidak perlu lagi adanya saling mencaci maki di jalan. Batin rasanya damai saat perjalanan. Saya merasakan ini sepenuhnya.
“
Kita bisa selalu belajar dari orang lain dan jika itu membuat perbaikan kualitas kehidupan pada diri kita, mengapa tidak kita ubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang memang sudah tidak sesuai”
3. Tidak ada yang membuang sampah sembarangan. Anehnya, tempat sampah di sana jarang, namun semua orang tidak membuang sampah disembarang tempat. Sayapun kalau belum ketemu tempat sampah, sampah saya bawa hingga saya menemukan tempat membuang sampah. Nikmat sekali rasanya suasana kota yang bersih. Kita juga bisa meniru kebiasaan mereka menjaga kebersihan ini bukan?
4. Tidak ada bau sampah. Ya, karena tidak ada sampah yang tidak terkelola dengan baik, udara di sana bersih. Saya juga tidak mencium bau kali, bau got. Enak sekali rasanya bisa menghirup udara dalam-dalam. Polusipun tidak segila di Jakarta.
5. Saya menikmati menyeberang jalan dengan aman, karena penyeberangan jalan di pakai dengan disiplin. Kita menyeberang hanya pada tempat penyeberangan jalan atau jembatan penyeberangan jalan. Menyeberang di jalan harus menunggu lampu penyeberangan jalan berwarna hijau dan semuanya patuh, tidak ada yang melanggar. Kendaraan pun tidak ada yang nyelonong begitu saja. Semuanya patuh. Semua patuh, semua aman.
6. Menyeberang pada jembatan penyeberangan jalan pun sangat teratur. Tidak ada yang boleh berdiri berlama-lama dijembatan tersebut, agar semua teratur dan sesuai fungsinya. Ada petugas yang mengawasi arus para pemakai jembatan penyeberangan. Saya tahu hal ini karena saya sempat foto diatas jembatan penyeberangan jalan, dan saya diawasi..he..he.
7. Lucunya, di sana pun teratur sekali saat kita memakai tangga berjalan di dalam berbagai gedung. Semua yang hanya berdiri dan berjalan pelan harus dijalur kiri. Jalur kanan harus dikosongkan bagi orang yang terburu-buru dan perlu berjalan cepat. Saat di Jakarta, saya bawa kebiasaan tersebut agar orang yang ingin berjalan lebih cepat tidak terhalang.
8. Petugas yang mengawasi tata tertib selalu tersebar dimana-mana, apakah itu untuk mengawasi orang yang merokok dan sebagainya. Namun rata-rata semua orang patuh bukan hanya karena takut ditangkap, tapi mereka memang sudah terbiasa disiplin. Dan rasanya terasa sekali dengan keteraturan tersebut yang menikmati juga akhirnya masyarakat itu sendiri. Mereka semua bersatu untuk tertib. Apa kita punya kesadaran seperti itu?
9. Berjalan kaki dan menaiki kendaraan umum di sana aman sekali. Saya senang sekali berjalan kaki dan menaiki kendaraan umum disana. Karena peraturan berlaku, kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban sangat tinggi dan memang tata kota serta sarana dan fasilitas yang baik dan dijaga baik, oleh semua pihak, baik masyarakat dan pemerintah.
10. Bahkan saat saya berdesak-desakan di kereta bawah tanah, semua yang berdesakan tidak ada yang egois, dalam arti semua mengerti bahwa nasib yang berdesakan semua sama. Tidak ada tindakan egois yang mengesalkan dan merugikan satu sama lain. Jadi berdesakan dalam kendaraan umumpun penuh dengan keteraturan yang tidak egois. Jadi walaupun berdesakan, tidak ada rasa kesal, dan tetap bisa dinikmati.
11. Masyarakat Jepang saat menunggu apapun di mana saja pasti membaca buku. Ini membuat saya kagum walaupun saya sudah tahu itu sejak lama. Kesadaran dan kecintaan literasi sangat tinggi, hingga sudah menjadi kebiasaan masyarakat . Saya lihat ini di mana-mana, bahkan di kendaraan umum sekalipun mereka membaca. Kalau kita bisa meniru kebiasaan mereka untuk suka dan terbiasa membaca, bukan saja diri kita yang maju, pasti negara kita juga maju.
12. Tidak ada macet seperti di Jakarta. Karena semua sistem lalu lintas bekerja dengan baik, kerjasama masyarakat dan pemerintah yang baik, akhirnya kemacetan bisa dihindari. Kita kesampingkan dulu ya, mengenai fasilitas pemerintah. Kalau masyarakat ada kesadaran disiplin dan tertib pasti kondisi jalanan setidaknya lebih baik. Namun saya harus akui salah satu penyebabnya, seperti Jakarta memang over populated, nah ini masalah lain lagi yang harus dihadapi negara. Namun sebagai masyarakat, kita punya porsi untuk bisa membuat perbaikan yaitu dengan berlalulintas secara disiplin, menjaga ketertiban dan keamanan bersama.
13. Tidak ada yang main serobot saat di jalan. Betapa menikmatinya saya dijalan saat berada di sana. Beda sekali kondisi batin jadinya jika dijalan kita teratur dan aman.
14. Semua bergerak dengan sunyi. Ya benar: sunyi. Karena masyarakatnya sudah mempunyai kebiasaan disiplin, tertib dan teratur, jadi dalam lalu lintas pun tidak ada yang harus ngotot, tidak ada yang harus panjang lebar dijelaskan, tidak ada kemarahan/frustasi yang timbul dalam berlalu lintas. Semua tertib, teratur dan sunyi, mematuhi dengan tertib. Masyarakat disana nampaknya sudah mengerti bahwa keteraturan dan ketertiban itu akan membuat hidup jadi lebih mudah.
15. Perjalananpun serba terukur waktu tempuhnya, jadi jika kita harus berada disuatu tempat, waktunya bisa tepat. Pada saat saya naik keretapun ada petunjuk lama waktu tempuh dari satu titik ke titik lain, dan waktu tersebut sangat akurat. Bayangkan, andaikan negara dan masyarakat kita bisa punya sistem seperti itu, betapa banyak kesuksesan hidup yang tidak tertunda. Namun bagaimanapun semua harus dimulai dari manusianya, dari kita sendiri. Kita tidak bisa hanya menuntut perbaikan jika tidak memperbaiki tingkah laku kita dalam menciptakan ketertiban berlalu lintas.
Banyak sekali yang saya pelajari hanya dalam waktu singkat berada di Tokyo, dan saat saya kembali ke Jakarta, saya jadi bisa membawa pelajaran penting yang saya dapat dari masyarakat Jepang. Kita bisa selalu belajar dari orang lain dan jika itu membuat perbaikan kualitas kehidupan pada diri kita, mengapa tidak kita ubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang memang sudah tidak sesuai.
Perubahan dimulai dari diri kita, sekarang juga. Berubah yuk!
Terimakasih untuk negara Jepang yang memberi saya banyak sekali pelajaran kehidupan.
Lots of love from Indonesia.