Minggu, 06 Februari 2011

Ahmad Dhani


Profil

Nama: Ahmad Dhani  
Nick Name: Dhani
Tanggal lahir: 26 Mei 1972  
Status: Duda
Zodiak: Gemini  
Lahir di: Surabaya
Debut: Album Dewa 19 (1992)  
Awards and Recognitions: MTV Southeast Asia Viewer's Choice Award 2000
 
Sejak di bangku SMP, Ahmad Dhani sudah getol bermain musik. Awalnya, lewat semacam band sekolahan, bersama tiga karibnya: Andra Junaidi, Erwin Prasetya, dan Wawan Juniarso. Pada 1986, mereka membentuk kelompok Down Beat, di SMPN 6 Surabaya. Kelompok inilah cikal bakal grup Dewa 19. Setelah sempat bongkar pasang personil, dan lulus sekolah menengah atas,  Dewa 19  hijrah ke Jakarta pada 1992. Album perdana mereka bertajuk Dewa 19 meledak di pasaran, dengan hits seperti "Kangen" dan "Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi". Album itu tercatat terlaris pada 1993. Dewa 19 juga meraih predikat pendatang baru terbaik.
Selanjutnya, kelompok anyar itu terus mendulang sukses. Berturut-turut albumnya menggoyang jagad musik tanah air. Di antaranya, Format Masa Depan (1994), Terbaik Terbaik (1995), Pandawa Lima (1997), The Best Of Dewa 19 (1999), Bintang Lima (2000), Cintailah Cinta (2002), Atas Nama Cinta I & II (2004), Laskar Cinta (2004), Republik Cinta (2006), dan Kerajaan Cinta (2007).  Grup ini tetap eksis, meski kerap gonta-ganti personil.
Dhani tak hanya melejit lewat Dewa 19.  Pada 1997, dia mencoba warna lain dengan Ahmad Band. Dari grup ini, melesat lagu Kuldesak dan Aku Cinta Kau Dan Dia. Lalu, Dhani membentuk band The Rock setelah bertemu tiga anggota band Hospital The Musical, yaitu Clancy Alexander Tucker, Zachary Haidee-Keene, Michael Bennett di Studio 301, Sydney  Australia.  Agustus 2007, album pertama The Rock bertajuk Master Mister Ahmad Dhani I mencetak single Munajat Cinta.
Lelaki kelahiran Surabaya itu, rupanya diberkahi tangan dingin.  Dia, misalnya, berada di balik suksesnya Reza Artamevia sebagai penyanyi pada 1997. Sejak saat itu, Dhani mulai menangani artis lain. Sejumlah bakat-bakat baru dalam dunia music pun lahir.
Setelah The Virgin, Dhani kembali mengorbitkan band baru The Moon, dan band dengan personil tiga anak lelakinya, Lucky Laki serta beberapa band baru lainnya. Dalam album kompilasi bertajuk New Beginning 09 dirilis awal Juni 2009, ada sembilan band tergolong baru yaitu The Virgin, The Law, Lucky Laki, The Moon, Zewex and  The Cuncuzna, Airplay, Rafflesia, Kamusuka, dan Tiramizu.
Sosok Kontroversial

Ahamad Dhani njuga akrab dengan kontroversi. Ia pernah digugat penulis novel Arjuna Mencari Cinta, Yudhistira ANM Massadi karena Dewa memakai judul novel karyanya sebagai judul salah satu lagu di album Cintailah Cinta. Seiring pergantian judul lagu menjadi Arjuna, gugatan mereda. Tak putus sampai disitu, Front Pembela Islam (FPI) memprotes logo baru Dewa yang berbentuk bintang enam dikatakan serupa dengan lafal Allah. Kecaman berdatangan ketika Dhani dianggap menghina dengan menginjak-nginjak simbol itu ketika manggung.
Pakar telematika Roy Suryo pernah melaporkan Dhani karena memakai simbol negara, bendera merah putih dalam video klip Dewa 19 bertepatan hari Valentine Februari 2009. Hasilnya,  konflik ini mendongkrak kepopuleran video klip Dewa 19 di dunia maya.
Menjelang Pemilu 2009,  Ahmad Dhani pernah mengikuti tren para artis mencoba peruntungan menjadi calon presiden lewat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).  Tapi belakangan Dhani lebih memilih berkarir di musik, ketimbang berkiprah di dunia politik.
Dhani juga sempat berkonflik dengan Pemerintah DKI Jakarta pertengahan  Juni 2009. Pemda menyegel rumahnya di bilangan Pondok Indah Jakarta Selatan, dengan alasan menyalahi tata ruang kota.

ASMARA

Dhani menikah dengan Maia Estianty pada awal 1994.  Mereka dikarunia tiga orang anak, yaitu Ahmad Al Gazali, El Jalaluddin Rumi, dan Ahmad Abdul Qodir Jaelani. Nama para putranya itu diambil dari nama para filsuf Islam idolanya.
Kehidupan rumah tangganya banyak menarik perhatian. Dhani-Maia mulai kisruh pada akhir 2006. Dhani meminta istrinya agar keluar dari Ratu, dan memperbaiki rumahtangganya. Maia dituding terlalu sibuk, dan menelantarkan anak-anak mereka.
Hubungan mereka memburuk, dan berakhir dengan perceraian pada 23 September 2008. Hak asuh ketiga anak mereka, Al, El, dan Dul jatuh ke tangan Maia. Meski begitu, ketiga putranya masih tinggal bersama Dhani. Untuk merebut hak asuh anak, Dhani mengajukan banding ke pengadilan.

Setelah perceraian itu, Dhani membuat kehebohan baru dengan menyatakan telah menikah lagi. Tak tanggung-tanggung, dia mengaku menikahi empat orang istri sekaligus. Dhani adalah artis yang mendukung, dan berniat menerapkan poligami. Keputusan itu diambil setelah mendapat restu dari ketiga anak-anaknya.
Dalam berbagai kesempatan, Dhani sering sesumbar dirinya punya empat orang istri setelah berpisah dari Maia. Siapa para istri baru Dhani itu? Salah satu kabar mencuat adalah seorang perempuan bernama Yuni. Tak banyak informasi seputar data istrinya ini, Tapi, kabar lain menyebut dia menikah siri dengan Mulan Jameela. Keduanya dikabarkan berencana menikah resmi pada 2010.

Adjie Massaid di Mata Angelina Sondakh


 
Adjie Massaid di Mata Angelina Sondakh
 
JAKARTA, KOMPAS.com — Angelina Sondakh, Puteri Indonesia 2001 yang menjadi istri almarhum Adjie Massaid, menyimpan kenangan indah tentang politisi Partai Demokrat yang meninggal, Sabtu (5/2/2011). Semula, Adjie yang naksir pada Angelina, begitulah tertulis pada diarinya. Beberapa kali Adjie mengirim salam. Namun, Angelina Sondakh selalu berusaha tidak meresponsnya.
Angelina Sondakh merasa Adjie Massaid tipe lelaki yang berbaik hati kepada semua orang. Berikut ini adalah catatan Angelina Sondakh di blog-nya tentang suaminya itu, tertanggal 25 Januari 2006, sekitar setahun setelah mereka menikah, sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Sabtu.
ADJI MASSAID (The man I once ignored). Aku mengenal nama Adji Massaid sudah cukup lama. Namanya memang sudah tidak asing lagi dalam dunia perfilman dan persinetronan. Namun itu hanya sebatas mengenal dan sekedar tahu saja. Pada saat itu kami sama-sama masih menjadi calon legeslatif dari Partai Demokrat. Pertemuan partai, rapat – rapat partai dan kegiatan – kegiatan di partai membuat kami pun sering bertemu. Apalagi pada kesempatan mensukseskan calon Presiden Partai Demokrat : Susilo Bambang Yudhoyono.
Jujur, saat itu aku tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi Adji dan lebih daripada itu rasanya kami berdua pun tidak tertarik untuk ingin mengenal satu sama lain lebih jauh. Pembicaraan kami hanya sebatas pekerjaan, tidak pernah melewati batas privasi masing – masing. Rasanya kami berdua cukup memahami posisi masing – masing, sehingga kalaupun harus berbicara pasti topiknya tidak lari dari partai dan pemenangan pemilu.
Sebenarnya latar belakang public figure-lah yang membawa kami bergabung di Partai Demokrat (kami diajak oleh Sys NS untuk bergabung di PD, thank you mas Sys). Kami juga tergolong generasi muda. Dan sebenarnya, inilah yang bisa menjadi alasan rasional untuk membangun komunikasi diantara kami. Tapi entahlah …. saat itu saya sibuk dengan aktifitas sehari-hari dan dia juga sepertinya begitu. Yang pasti, pertama kali mengenal Adji kami berdua sedang tidak sendiri. Saya pada waktu itu sedang merajut asmara dengan seseorang begitupun Adji yang masih terikat perkawinan. Kami pun menghargai pasangan kami masing2.
Hari – hari di DPR saya lalui dengan penuh semangat ingin belajar dan belajar. Saya mulai menikmati ritme kerja yang benar-benar baru bagi saya. Dalam jadwal saya yang padat di gedung parlemen, sering saya bertemu dengan Adji namun itu sebatas, “say hello” saja. Pernah kami tidak sengaja bertemu di ruangan kerja salah satu teman fraksi, saat itu Adji sempat mengajak saya berdiskusi soal apa pendapat masyarakat tentang permasalahannya. Tapi saya enggan berkomentar terlalu banyak. Setelah saya beranjak dari ruangan tersebut ternyata Adji menitipkan pesan untuk disampaikan kepada saya bahwa dia tertarik dengan saya. Itupun saya tidak menanggapi secara serius tapi saya tanggapi secara ringan dengan memberikan support kepada Adji untuk tetap bertahan walau seberat apapun permasalahannya.
Walaupun demikian saat itu tidak ada perasaan yang ‘lain’ yang saya rasakan dan memang kamipun akhirnya berada dalam komisi yang berbeda. Ini jugalah yang membuat kami jarang sekali bertemu dan jarang berkomunikasi. Kami hanya bertemu pada rapat fraksi setiap jumat dan itu pun minim sekali interaksinya. Dia selalu duduk di sayap barat dan saya di sayap timur. Nothing special. Dia kuanggap sebagai teman biasa saja. Nothing more. Bukan Adji namanya kalau tidak terus mencoba dan mencoba. Sering aku dikirimi salam melalui orang-orang yang tinggal bersama saya.
“Ibu, ada salam dari Pak Adji’ tutur pembantu saya.
Namun aku selalu mengabaikannya. Bahkan terkadang walaupun ada ‘godaan-godaan’ kecil, itu selalu kuanggap ‘dasar laki-laki’. Pernah juga Adji memanggil nama saya lewat speaker sidang …. Angie! Dengan tatapannya yang ‘romantis semu’ namun saya pada waktu itu masih bisa menyakinkan diri saya bahwa itulah Adji. He is treating every woman like that because he is nice to everybody. Saya hanya tidak ingin menanggapi mas Adji serius, walaupun terkadang ketika bertemu dia selalu memberikan pujian….sekali lagi itu kuanggap sebagai basa – basi saja and Yes he is doing it to everybody. Pernah juga Adji menyampaikan kekagumannya pada saya lewat teman se-partai, pada waktu itu saya hanya menanggapi dengan kata-kata: ‘kayak nggak tahu Adji aja’. Tapi saya tetap menganggap Adji sebagai sahabat dan itu tidak mengurangi rasa persahabatan saya dengan dia dalam konteks kepentingan partai tentunnya.
Setelah beberapa waktu lamanya, sayapun akhirnya sendiri dan Adjipun sepertinya mulai menikmati kesendiriannya. Walaupun saya selalu mendengar bahwa Adji tidak pernah benar – benar sendiri, karena Adji adalah tipe orang yang easy going dan ingin bersahabat dengan siapa saja. Pernah suatu waktu dalam pertemuan partai seorang teman mengatakan: ‘Angie, Adji kirim salam ….. kayaknya dia naksir sama kamu’. Terus saya jawab dengan bergurau: “Keep trying hard, I need to see more effort”. Karena berbagai kesibukan, kami pun semakin jarang berkomunkasi. Namun tetap saja Adji selalu kirim salam melalui staff saya. Dan itupun saya tidak membalas salamnya, karena saya menganggap itu adalah gombalnya laki-laki. Yaah…itulah yang ada dibenak saya pada waktu itu : Adji termasuk laki-laki yang baik ke semua orang. Jadi biarlah aku menganggap semua itu sebagai angin lalu saja. Dan dalam hatiku …… Gombal.
Saya selalu menghindar dari Adji dalam setiap kesempatan. Bahkan pada setiap kunjungan partai ke daerah, saya selalu menanyakan asisten saya, apakah Adji ikut dalam rombongan. Dan saya pesankan, kalau ada, tolong diusahakan agar seat saya terpisah dengan Adji. Sebagaimana foto yang saya tampilkan dalam webblogs ini. Mungkin dapat bercerita banyak tentang penolakan saya terhadap Adji. Tapi semua itu akhirnya luluh lantah…………